Rumah Sakit atau Rumah Sehat?
Pagi ini aku pergi ke salah satu rumah sakit yang ada di daerah Kalimulya, Cilodong, Depok. Salah satu santriku ada yang sakit dan harus dirujuk ke rumah sakit karena sakit panasnya yang tinggi yang membuatnya sampai meracau dan tidak sadarkan diri.
Alhamdulillah aku diamanahkan untuk menjadi pembimbing bagian kesehatan di pondok pesantren tempatku tinggal saat ini. Jujur aku awalnya keberatan dengan amanah ini karena untuk menjaga diri sendiri agar tetap sehat saja terkadang susah dan sekarang diamanatkan untuk menjaga kesehatan orang lain. Akan tetapi pasti ada rencana baik Allah mengapa Allah berikan aku amanat ini.
Aku pun ke rumah sakit untuk mengurus administrasi berobat santriku itu. Aku termasuk orang baru yang berurusan dengan administrasi berobat di rumah sakit seperti ini. Ini merupakan pengalaman baru yang aku dapatkan. Mungkin ini salah satu hikmah mengapa Allah menempatkan aku di sini. Agar aku jadi lebih bersyukur diberikan sehat dan juga agar aku tahu bagaimana prosedur berobat di rumah sakit. Selain itu tentunya amanat menjadi pembimbing kesehatan di pondok ini menjadikanku untuk lebih lagi menjaga kesehatan diri.
Aku sudah sering mendengar kalau regulasi berobat di rumah sakit itu memang rumit. Selain itu juga pelayanan yang lambat yang menurutku ini sama sekali tidak baik bagi orang yang sakit. Terlebih lagi mereka yang sakit adalah orang-orang lansia yang mana pastinya mereka butuh penanganan yang cepat dan efisien.
Aku tidak tahu apakah hanya di rumah sakit ini saja yang pelayanannya lambat atau di rumah sakit lainnya juga mengalami seperti ini. Atau mungkin mereka sengaja melakukan persaingan untuk itu. Tapi sependek pengetahuanku memang kebanyakan rumah sakit di Indonesia ini seperti itu. Pelayanan lambat dan juga bertele-tele yang sebenarnya membuat kita malas untuk berobat ke rumah sakit.
Selain karena lamanya prosedur administrasi dan pelayanan, banyak juga rumah sakit-rumah sakit yang mematok harga yang lumayan tinggi. Mereka seolah-olah mencari-cari keuntungan di balik penderitaan orang lain. Seperti contohnya wajib melakukan antigen bagi mereka yang mengantarkan pasien yang sakit walaupun sudah booster. Menurutku ini suatu pemborosan. Mungkin ini tidak menjadi masalah bagi mereka yang memiliki uang, akan tetapi sangat memberatkan bagi mereka yang tak beruang. Ditambah lagi dengan biaya-biaya tambahan yang ngga masuk akal.
Sehingga akhirnya pagi tadi aku merenung. Sungguh masyarakat Indonesia yang sakit dan berobat ke rumah sakit ini hebat-hebat. Cobaan yang mereka hadapi tidak hanya penyakit yang mereka derita, tetapi juga mereka harus merasakan lambatnya administrasi, pelayanan yang tidak efisiensi waktu dan ditambah lagi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Sebenernya mereka ini pergi ke rumah sakit untuk sembuh atau justru ke rumah sakit untuk sakit? Mungkin sepertinya penamaan rumah sakit itu sendiri sudah benar. Pergi ke rumah itu untuk menjadi sakit bukan untuk sehat. Apa itu rumah sehat? :-)
Cilodong, 7 Agustus 2032
Komentar
Posting Komentar