Pesantren Bukan Perusahaan
Pagi ini (29/9) Pondok Pesantren At-Taqwa kedatangan tamu dari Pesantren Miftahul Falah Cianjur untuk melakukan studi banding dan berbagi pengalaman terkait konsep Pondok Pesantren. Ust. Khairul Huda bersama dua anaknya datang pada pukul 06.55 WIB menggunakan mobil. Saya menyambut kedatangan beliau dan mengantarkannya ke guest house.
Alhamdulillah Ust. Ardiansyah selaku mudir pesantren at-Taqwa Depok, Ust. Bana Fatahillah selaku Direktur Shoul Lin Dan juga Ust. Ahda al-Ghiffari selaku Direktur PRISTAC berkenan meluangkan waktunya untuk berdiskusi terkait konsep pesantren. Diskusi pagi itu cukup menarik. Ust. Khairul menyampaikan bahwa pesantrennya memiliki lahan yang sangat luas, hampir 20 hektar dan baru digunakan untuk bangunan pesantren seluas 3 hektaran. Ia juga menyampaikan bahwasannya pesantrennya sudah berganti kepemimpinan sebanyak enam kali. Ditambah lagi pemilik yayasan yang sudah berniat untuk tidak lagi membantu biaya operasional pesantren karena dinilai pesantrennya tidak mengalami kemajuan dan juga banyaknya tenaga pengajar yang keluar.
Setelah menyampaikan kondisi pesantrennya, ust. Khairul Huda menanyakan konsep pesantren yang bagaimana yang seharusnya diterapkan. Karena santri-santri di sana jumlahnya tidak terlalu banyak dan kebanyakan santri yang sudah selesai tidak banyak yang berminat untuk melanjutkan kuliah, akan tetapi mereka ingin langsung bekerja.
"Menurut saya tugas antum sangat berat dalam melakukan pendidikan di pesantren tersebut. Hal itu dikarenakan pemilik pesantren tidak tinggal langsung di pesantren membersamai kehidupan sehari-hari santri. Justru ruhnya pesantren itu adalah keteladanan guru atau kiyai. Jika pemilk pesantren atau kiyai itu ingin kualitas santrinya baik, namun ia tidak ikut membersamai dalam proses pendidikan atau hanya mengucurkan dana saya, maka itu sangat sulit untuk dicapai." Ungkap Ust. Ardiansyah selaku mudir pesantren at-Taqwa Depok.
Bapak dua anak itu juga menjelaskan bahwa konsep pesantren itu pada mulanya tidak sama dengan konsep perusahaan. Hal pokok dan utama pada pesantren itu ialah keteladanan seorang guru, bukan pada mewah dan besarnya bangunan. Karena memang manejemen pendidikan itu tidak sama dengan manajemen perusahaan. Tidak semua lulusan pesantren itu diharuskan menjadi kiyai semua. Biarkan mereka menjadi orang sesuai dengan bidang yang mereka minati dan geluti. Tidak bisa kita memaksakan hasil keluaran setiap pesantren itu sama semuanya. Itu hal yang mustahil. Hal itu disebabkan karena Pesantren bukanlah pabrik perusahaan.
Awalnya konsep pesantren itu bukanlah dilakukan oleh orang kaya yang tiba-tiba ingin membuat pesantren. Akan tetapi pesantren itu muncul dikarenakan adanya seorang guru atau kiyai yang berilmu kumudian memiliki beberapa murid yang berniat membangun tempat tinggal di dekat sang guru atau Kiyai. Karena salah satu syarat mendapatkan ilmu ialah suhbatul ustadz (membersamai guru) maka dikenal lah dengan istilah pesantren agar setiap Santri lebih dekat dengan guru-gurunya. Sang guru dan kiyai sudah seharusnya berilmu dan membersamai seluruh santri. Ia harus mengawasi selalu apa yang terjadi pada santrinya. Jika diibaratkan seperti induk ayam yang mengerami telurnya sehingga telur itu berubah menjadi ayam. Induk tidak tidak meninggalkan eramannya agar eramannya terjaga baik. Maka seperti itu juga kiyai atau pemilik pesantren, ia harus sering berada di dalam pesantren dan mengurangi aktifitas di luar.
"Ustad sebaiknya menerapkan konsep pesantren sesuai dengan SDM dan SDA yang dimiliki oleh pesantren Miftahul Falah. Salah satu ciri khasnya ialah agrobisnis atau pertanian. Itu bisa menjadi ciri khas pesantren antum. Tidak harus mengikuti Konsep pesantren lain, karena belum tentu konsep di pondok lain cocok diterapkan di pesantren yang lain lagi." Nasehat dari ustad Ardiansyah
Kemudian juga ustadz yang pernah berguru kepada ulama-ulama Betawi ini juga mengingatkan kalau kunci keberhasilan pesantren itu bukan dari banyaknya santri dan banyaknya alumni yang diterima di universitas-universitas bergengsi. Tapi pesantren yang sukses itu ketika menghasilkan santri-santri yang berguna dan bermanfaat bagi sekitarnya. Biarkan mereka menjadi petani, pedagang, peternak atau profesi apapun asalkan ia tetap menjadi pribadi yang baik, sholeh, 'alim dan bermanfaat bagi sekitar.
Cilodong, 29 September 2022
Komentar
Posting Komentar