Jawaban Atas Cuitan Gunrom

Terkait dengan cuitan Gunrom, ia menafsirkan bahwa setiap manusia ini mulia, tidak melihat apa agamanya. Di sinilah statement yang ingin dikritisi. Pertama, telah kita ketahui bersama bahwa cara terbaik dalam menafsirkan Quran ialah dengan Quran. ayat yang global ditafsirkan dengan ayat lain. Menjadi pertanyaan besar ketika Gunrom menafsirkan bahwa Allah meridhoi agama selain islam. padahal sangat jelas firman Allah: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Al-Imron: 19).

Kemudian di Ayat lain juga Allah berfirman : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dua ayat di atas sudah sangat terang dan jelas bahwa Allah tidak akan ridho terhadap agama selain islam. bagaimana mereka dapat kemulian jika Allah sendiri menyatakan bahwa mereka telah kafir dari jalan yang lurus yaitu Islam.

Kedua, apabila kita melihat beberapa tafsir otentik mengenai ayat yang dikutip Gunrom, maka tidak ditemukan bahwa selain islam itu mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Di dalam islam, kemulian hanya bisa didapatkan ketika kita beriman kepada Allah serta tidak menyekutukannya, menjalankan perintah ibadah sesuai yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya Muhammad Salallahu alaihi wa salam. Sebagaimana dijelaskan di dalam tafsir Aisaru at-Tafaasir lil Jazaairy mengenai surah Al-Isro’ ayat 70. Imam Jazaairy menjelaskan :

فالآدميون أفضل من الجن و سائر الحيوانات, و خواصهم أفضل من الملائكة, و عامة الملائكة أفضل من عامة الآدميين و مع هذا فإن الآدمي إذا كفر ربه و أشرك في عبادته غيره, و ترك عبادته, و تخلى عن محبته و مراقبته أصبح شر الخليقة كلها.

Manusia lebih mulia daripada jin dan seluruh hewan, dan kualitas mereka melebihi para malaikat apabila mereka manusia tidak kafir, tidak beribadah kepada selain diri-Nya, serta tidak  melepaskan kecintaan dan pengawasan dari-Nya. Maka manusia tersebut akan menjadi seburuk-buruknya ciptaan jika mereka melakukan hal-hal tersebut.

Tafsir tersebut secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa di dalam islam, kemuliaan seseorang hanya bisa didapat dengan cara beriman kepada Allah dan tidak menyekutukannya. Sehingga satatement Gunrom secara langsung runtuh dari ayat yang ia kutip sendiri. Yaitu Surat Al-Isro’ ayat 70. Secara singkat tidak ada kemuliaan dari agama lain kecuali dengan berislam.

Kemudian di dalam tafsir As-sa’di juga dijelaskan bahwa kemulian Bani adam itu didapatkan karena mereka memiliki ilmu, akal, Rasulullah dan Kitab suci. Jika kita mengacu pada tafsir ini, maka tafsiran Gunrom secara otomatis juga langsung terbantahkan. Karena yang dimaksud Rasul di sini ialah utusan Allah yang mengajak kepada tauhid dan yang dimaksud kitab di sini ialah kitab suci para nabi yang  telah disempurnakan oleh Al-Quran. Sehingga bagaimana mungkin agama-agama yang tidak memiliki Nabi dan Kitab akan mendapatkan kemulian?

Di dalam Tafsir Kementerian Agama RI[1] juga disebutkan : Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Dia telah memuliakan Adam dengan raut muka yang indah, potongan yang serasi dan diberi akal, agar dapat menerima petunjuk, untuk berbudaya dan berpikir guna mencari keperluan hidupnya, mengelola kekayaan alam serta menciptakan alat pengangkut di darat, di lautan maupun di udara. Dan Allah telah memberikan rezeki yang baik-baik kepada mereka itu, yang terdiri dari makanan yang di dapat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Di akhir ayat Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia telah melebihkan mereka itu dengan kelebihan yang sempurna, dari kebanyakan makhluk yang lain yang diciptakan Nya. Dengan demikian seharusnyalah mereka itu tidak mengadakan tuhan-tuhan yang lain yang mereka persekutukan dengan Allah, akan tetapi hendaknya beribadah kepada Nya, serta mengikuti bimbingan wahyu Nya.

Jauh-jauh hari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa haram terhadap Paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme agama. Fatwa MUI Nomor 7/Munas VII.MUI/11/2015. Dalam fatwa MUI tersebut dijelaskan bahwa dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap ekslusif, dalam arti haram mencampur adukkan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.

Ketiga, setelah kita jabarkan beberapa pernyataan jawaban di atas, maka pertanyaan terakhir ialah apakah orang-orang yang bukan beragama islam meyakini dengan kebenaran kitab suci al-Quran? Karena sangat jelas sekali dalam pernyataan Gunrom tersebut, ia menyelipkan satu ayat di dalam al-Quran. Sehingga seolah-olah itu menjadi rujukan dia dalam menguatkan pernyataannya.

Komentar

Postingan Populer