Mabuk Darah

Kita semua pasti punya darah. Entah itu darah merah atau darah biru. Aku adalah salah satu orang yang tidak bisa melihat darah merah. Tentunya darah dalam jumlah yang banyak. Jika aku melihat darah, tiba-tiba kepalaku langsung terasa pusing. Mungkin jika ada perlombaan tolong menolong orang yang terluka, aku adalah orang yang kalah sebelum berlomba dan tidak layak untuk mendapatkan medali kemenangan karena memang aku tidak kuat melihat darah yang banyak.

Kata ibuku, aku sama seperti ayahku. Ayahku juga tidak bisa melihat darah merah yang banyak. Kata ibu kami itu mabuk darah. Bahkan ketika ibu melahirkan, ayah tidak berani menemani ibu di dalam kamar. Ayah pasti menunggu di luar sambil berdoa yang terbaik untuk istri tercinta.

Pernah suatu saat kejadian, adikku yang bernama Ahmad tiba-tiba pulang ke rumah dalam keadaan kakinya robek dan mengucur darah yang banyak akibat terkena parang ketika sedang bermain di hutan bersam teman-temannya. Pada saat itu aku belum tahu kalo aku mabuk darah. Maka ketika itu ayah langsung menyuruhku untuk membawa adik ke salah satu dokter langganan. 

Aku pun langsung membawa adikku ke dokter tersebut. Pada saat diperiksa, aku melihat robekan yang dalam di kakinya dan darah segar yang mengucur banyak. Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing dan sempoyongan. Hampir saja aku merasa mau pingsan saat itu. Akhirnya bukan aku yang menolong adikku tapi justru aku yang saat itu harus ditolong. 

Aku pun harus kembali ke rumah untuk beristirahat dan adikku diantar oleh adikku yang lain dan ayah ke rumah sakit. Di saat itulah ibu cerita kalo aku sama seperti ayah, mabuk darah. Tidak bisa melihat darah banyak.

Ini adalah salah satu pengalaman yang berkesan buatku. Aku mengambil hikmah dari kejadian itu yaitu jika kita ingin menolong orang lain, pastikan diri kita sudah aman dan tertolong terlebih dahulu. 

Cilodong, 9 September 2022

Komentar

Postingan Populer