Mengenal Paham Pluralisme

(Sambungan tulisan sebelumnya)

Paham yang coba disampaikan Gunrom (Singkatan Guntur Romli) dalam cuitannya jika ditelaah lebih dalam lagi mengandung paham pluralisme. Secara sederhana Dr. Adian Husaini menjelaskan bahwa paham ini adalah paham yang membenarkan keyakinan-keyakinan agama lain. Paham yang menganggap semua agama itu sama saja, semua mengajarkan kebaikan, tujuannya sama, sama-sama ingin masuk surga, dan larangan memandang agama lain dengan kacamata agama kita sendiri.

Jelas paham ini bukanlah paham yang lahir dari islam. karena ia lahir dari pengalaman beragama masyarakat Eropa pada abad ke-18. Menurut Anis Malik Toha, sebagaiman yang dikutip oleh Syahrudin Hidayat dalam Jurnal Islamia 14 Januari 2010. Ia mengatakan bahwa Paham ini memiliki misi untuk mereformasi pemikiran beragama. Mereka selalu berorientasi pada superioritas akal (rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-kungkungan agama. Salah satu tokoh pluralis yang sering dijadikan rujukan mengenai paham ini ialah Prof. Jhon Hick. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah The Eternal one. Ia berpendapat bahwa tuhan dapat dikenali oleh identitas apa saja oleh semua penganut agama. Untuk mencapai itu semua, Hick menawarkan gagasan yang yang ia sebut dengan iTransformasi orientasi dari pemusatan agama menuju pemusatan Tuhan. Ia beranggapan bahwa agama-agama itu hanyalah hasil dari tradisi dan budaya yang beragam di seluruh dunia dan merupakan pengalaman spiritual dalam merespon realitas yang absolut. Konsep Hick ini juga menjelaskan bahwa agama tidak menjelaskan mengenai keberadaan Tuhan secara wahyu. Namun, ia mengandaikan bahwa manusia sendirilah yang merumuskan sendiri pandangannya mengenai Tuhan. Karena setiap kepala memiliki pandangan yang berbeda, sehingga berbeda lah setiap orang dalam mendefinisikan Tuhan. Ia mengibaratkan Tuhan itu seperti gajah, sedangkan orang-orang yang beragama itu seperti orang-orang buta yang meraba gajah tersebut. Setiap mereka memiliki persepsi dan pandangan yang berbeda mengenai gajah tersebut. Orang buta yang memegang belalai akan berbeda dengan orang buta yang memegang ekor. Sama-sama memegang gajah dari sudut yang berbeda. Singkatnya ialah Tuhan mereka sama dalam bentuk persepsi yang berbeda tentang Tuhannya. Setiap manusia memiliki pengalaman masing-masing tentang Tuhannya. 

Komentar

Postingan Populer