Ayah
Di bulan Agustus ini, selain peristiwa sejarah kemerdekaan Indonesia, ada peristiwa sejarah penting lain yang harus saya kenang. Pristiwa hari lahir Ayah saya tercinta, Pak Haji Drs. Thoriq Ziad.
Ia lahir di desa Gurun Tuo, Sarolangun, Jambi pada tanggal 18-08-1963. Ia Merupakan anak pertama dari pasangan Datuk Zulkifli dan nyai Zulaikha. Jalur nasab yang pernah saya tulis hanya sampai ke datuk Muhammad Zainuddin. Nasab saya adalah Muhammad Ericson Ziad bin Thoriq Ziad bin Zulkifli bin Abdul 'Aqif bin Zainuddin bin Abdul Aziz bin Muhammad Zainuddin dst. Semoga kelak saya bisa bertemu dengan datuk-datuk saya yang lain di surga-Nya.
Ayah saya adalah sosok yang wibawa dan bertanggung jawab. Saya banyak belajar bertanggung jawab dari beliau, sebagaimana yang telah ia contohkan di keluarga kami. Ayah saya memang tidak banyak ngomong dengan anak2nya, tapi rasa sayangnya ia buktikan dengan tindakan.
Salah satunya ketika memasukkan saya ke pondok pesantren. Ia orang yang paling depan memastikan bahwa saya harus nyaman dan kenyang ketika mondok. Ia tidak ingin anaknya terlantar dan sakit-sakitan. Setiap kali telepon, pasti selalu kesehatan yang beliau tanyakan. Apapun itu konsekuensinya.
Bahkan di saat kondisi perekonomian yang tidak stabil, ia selalu mementingkan kesehatan kami anak-anaknya. Kami tahu saat itu ia tidak memiliki uang, tapi di depan kami ia seolah-olah berakting bahwa nanti ia akan kirimkan uang. Yang terpenting anak-anaknya sehat dan tidak terlantarkan.
Salah satu nasehat yang selalu saya ingat, "percuma pintar, banyak duit tapi sakit-sakitan. Kesehatan penting, harus dijago. Ingat ison dak boleh keno angin malam, berenang Samo kecapean dst". Kata2 itu selalu terucap ketika saya telponan dengannya.
Selain itu, ayah saya adalah sosok yang mencintai ilmu. Hal itu bisa terlihat bahwa dia adalah satu-satunya anak lelaki Datuk (kakek) saya yang menyelesaikan kuliah S1. Ya, dia lulusan ilmu Syariah di IAIN Jambi. Katanya dia bisa saja jadi PNs, tapi dia lebih memilih jadi pedagang dan petani hingga saat ini.
Ayah saya sangat paham bahwa ilmu agama itu penting. Setiap kali ia mengantarkan saya ke bandara untuk mondok atau kuliah, selalu nasehatnya banyak2 cari ilmu, bukan harta, jabatan dan materi-materi keduniawian lainnya. Salah satu nasehatnya yang selalu saya ingat juga, "dunia itu jangan dikejar nian, dak Ado ujungnyo".
Sebenarnya masih banyak sekali nasehat dan pengalaman hidup yang ayah ajarkan kepada saya, insya Allah akan saya tuliskan di tulisan-tulisan berikutnya.
Tidak lupa saya ucapkan Tahniah barakallahu fii umrik pak Haji Thoriq, semoga panjang umur dalam kebaikan dan sehat selalu. Sekali lagi selamat mengingat hari kelahiran, Ayah.
Barakallah fii umrik Ayah... Beda sehari dengan almarhum Ayah saya, Kak 😊 Cinta pada Ayah akan memberikan semangat menuju finish bersama #squad4everwriting 🔥🔥🔥
BalasHapus