Wajah Baru Komunisme, Bahaya Nggak Sih?

Sebagaimana momen rutinan akhir September, Di Pondok Pesantren At-Taqwa Depok mengadakan seminar Komunisme pada Sabtu Pagi (1/10) denga tema seminar "Wajah Baru Komunisme, Bahaya Nggak Sih?". Beggy Rizkiyansyah merupakan pemateri pada seminar pagi itu.

Beggy yang merupakan lulusan IKJ mengawali seminar dengan mengajak para hadirin untuk mencari berita tentang komunisme dari sumber-sumber yang otoritatif dan ilmiah dalam membahas tentang Komunisme dan juga sejarah PKI di Indonesia. Jangan sampai kita sebagai umat Islam mengetahuinya hanya dari film semata, lebih-lebih lagi mendapatkan kabarnya dari "kata orang". 

Pegiat JIB itu menjelaskan dari awal masuknya paham komunisme melalui Serikat Islam. Kemudian paham itu semakin diminati banyak masyarakat Indonesia karena mendukung kepentingan kaum buruh dan menolak kesenjangan sosial. Para umat Islam saat itu banyak yang ikut-ikutan saja tanpa tahu filsafat Komunisme. Paham mereka adalah anti Tuhan dan materialisme. Sehingga tidak heran jika gerakannya revolusioner dan menghalalkan segala macam cara walaupun menjual nyawa.

Sejarah mencatat sebanyak dua kali terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI, yang pertama pada tahun 48 lalu berikutnya tahun 65. Banyak korban yang berjatuhan akibat pemberontakan tersebut. Termasuk yang menjadi korban adalah para alim ulama dan kiyai di pesantren. Tidak heran jika pasca tragedi tersebut banyak umat Islam yang balas dendam dengan perbuatan yang telah dilakukan PKI. Kita tidak membenarkan perbuatan tersebut, tapi kita harus juga merasakan kondisi saat itu, bagi mereka saat itu adalah membunuh atau dibunuh.

Jika dilihat dari psikologi massa, maka kejadian seperti itu sangat mungkin untuk dilakukan. Walaupun demikian, tidak semua muslim yang mengambil jalan seperti itu. Sebut saja M. Natsir yang lebih memilih untuk merangkul para ex PKI dan mengajak untuk meninggalkan paham komunisme tersebut. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa dasar. M. Natsir paham bahwa kebanyakan yang ikut PKI pada saat itu kebanyakan tidak faham dengan filsafat Komunisme. Maka dari itu M. Natsir dan juga Dewan Dakwah mencoba untuk merangkul para ex PKI dan juga anak keturunannya. 

Islam tidak mengenal dengan dosa turunan. Sehingga tidak heran jika banyak anak-anak keturunan PKI yang terselamatkan seperti yang terjadi di kawasan Jogokariyan yang dulu merupakan basis PKI dan saat ini sudah menjadi basis Islam yang kuat.

Tentu saja sejarah kelam tersebut harus bersama-sama kita ketahui dan pelajari agar tidak terjadi lagi pertumpahan darah yang sama seperti dulu. Kita juga harus berhati-hati dengan bahaya Paham komunisme ini yang saat ini bentuk ancamannya bisa berupa Dislamisasi makna Pancasila, ancaman Polarisasi, massa yang pragmatis dan ancaman-ancaman lainnya dalam bentuk wajah baru komunisme.

Komentar

Postingan Populer