Budaya Menulis di Pesantren At-Taqwa Depok

Bulan November 2022 kemarin, tepat dua tahun saya sudah berada di Pondok Pesantren At-Taqwa Depok. Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan di pondok ini. Terlebih lagi para guru-guru hebat di sini yang terus menginspirasi untuk terus berjuang dan bermanfaat bagi sesama.

Salah satu pelajaran berharga yang saya dapatkan di pondok ini ialah budaya menulis. Santri tidak hanya disuruh membaca, akan tetapi mereka disuruh juga menuliskan apa yang sudah mereka baca dan pahami. Saya ingin coba sedikit menuliskan tentang budaya literasi santri-santri at-Taqwa Depok.

Jujur, sebenarnya saya menuliskan tulisan ini karena saya memiliki hutang kepada bang Rezky, mentor menulis saya untuk menuliskan budaya menulis di pondok pesantren at-Taqwa Depok. Karena ini adalah perintah guru dan menurut saya juga menarik untuk dibahas, maka akhirnya saya tulislah apa yang bisa saya tulis. Setidaknya pengalaman dua tahun saya di sini, bisa sedikit menggambarkan.

Pondok pesantren at-Taqwa Depok adalah Pondok Pesantren berbasis adab yang terletak di Cilodong Depok di bawah Yayasan Pendidikan Islam At-Taqwa. Pondok ini sedari awal memilih untuk mengambil jalur informal, sehingga seluruh kurikulum di pondok ini dirancang dan didesain sesuai kebutuhan. Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini adalah ilmu-ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim atau ilmu Fardu Ain seperti ilmu Aqidah, Fikih, Akhlak, Sejarah, dan ilmu-ilmu wajib lainnya yang tentunya semuanya diintegrasikan dengan adab. Selain itu juga diajarkan ilmu-ilmu Fardu Kifayah sesuai minat santri.

Menurut saya, salah satu kebiasaan baik yang telah menjadi budaya di pesantren ini ialah budaya menulis yang baik. Masih sangat jarang sekali saat ini ditemukan sekolah setara SMP tetapi mereka sudah mulai terbiasa untuk menulis apa yang mereka dapatkan dari para guru dan juga dari bacaan mereka. Nampaknya memang di sini budaya menulis menjadi salah satu keunggulan pesantren ini selain dikenal dengan pesantren adab dan pemikiran.

Bagi saya yang tidak jago menulis ini, melihat hasil tulisan-tulisan santri setingkat SMP yang membahas pembahasan-pembahasan berat seperti ilmu Kalam, pemikiran, sejarah peradaban dll membuat saya takjub dan kagum. Nampaknya seumuran mereka, tidak banyak yang bisa menuliskan tulisan-tulisan berat dan berbobot seperti itu.

Dari hasil pengamatan saya, nampaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan santri-santri tersebut bisa menulis tulisan-tulisan bagus dan berisi seperti itu. Salah satunya adalah faktor keteladanan guru, kurikulum dan keterlibatan santri dalam menulis.

Faktor utama yang membentuk santri-santri di sini mampu menulis ialah keteladanan seorang guru. Guru-guru di pondok tidak hanya menyuruh mereka untuk menulis, tetapi para guru juga turut menulis dan menjadi teladan bagi para santri. Banyak karya-karya tulis yang dihasilkan oleh guru at-Taqwa Depok. Bahkan sebagian besar sudah diterbitkan menjadi buku dan dijual secara umum. Bahkan buku-buku tersebut dijadikan sebagai bahan ajar untuk santri.

Mulai dari pembina yayasan, pimpinan pondok sampai ke guru pengampu mata pelajaran, semuanya dianjurkan untuk menulis. Keteladanan ini yang tampaknya menjadi pendorong santri untuk semangat dalam menulis.

Santri juga tidak dibiarkan begitu saja menulis. Setiap santri tetap dibimbing oleh para guru untuk menyelesaikan tulisannya. Terutama para santri tingkat akhir di PRISTAC (setara SMA). Mereka dibebankan tugas untuk menulis satu karya ilmiah sesuai dengan bidang yang ia minati. Ada yang tertarik di bidang tafsir Qur'an, akan diarahkan kepada guru yang kompeten di bidang itu. Ada yang ingin membahas tentang tasawuf, maka ia akan diarahkan kepada guru yang memahami betul seluk beluk tasawuf dan begitu juga dengan bidang-bidang lainnya. Karena mendapatkan arahan dan masukan dari para guru tersebut, santri jadi belajar sambil praktik menulis langsung. Sehingga tidak heran jika tulisan yang mereka hasilkan bukan tulisan yang ala kadarnya.

Faktor kedua yang tidak kalah pentingnya ialah kurikulum yang diberikan di pondok ini dirancang untuk mendorong para santri untuk terbiasa menulis. Di tingkat Shoul Lin Al-islami (setara dengan SMP) di tahun kedua, santri mendapatkan mata pelajaran dakwah bil qolam (dakwah dengan pena). Santri mulai diajarkan menulis kegiatan harian mereka, pengalaman mereka sampai opini mereka tentang satu tema tertentu.

Pengajar mata pelajaran ini pun bukan sembarang pengajar. Salah satu pengampu pelajaran ini ialah Pak Nuim Hidayat, salah satu wartawan senior yang memiliki banyak pengalaman dalam bidang tulis menulis. Banyak bukunya sudah diterbitkan. Bahkan sampai saat ini beliau masih aktif menuliskan artikel di kabar berita online Sura Islam.com

Di jenjang PRISTAC, mulai dimasukkan mata pelajaran menulis ilmiah dan book discuss. Kedua mata pelajaran itu sangat menuntut para santri untuk lebih banyak membaca dan menulis. Walaupun mapel tersebut tidak memiliki jam ajar yang banyak, akan tetapi pengaruh dari mapel tersebut sangat bisa dirasakan. Mata pelajaran yang nampaknya sulit ditemukan di sekolah-sekolah umum dan formal.

Kemudian faktor terakhir yang menurut saya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membangun budaya menulis di pondok pesantren At-Taqwa Depok adalah keterlibatan santri untuk menuliskan laporan baik itu dalam bentuk reportase atau bentuk essay terkait materi yang disampaikan dalam suatu kegiatan atau acara.

Biasanya santri ditugaskan bergantian. Ada yang mereka ditugaskan untuk membuat reportase, menulis essay, mengambil gambar dan video dan tugas-tugas jurnalistik lainnya. Dari keterlibatan santri dalam suatu kegiatan tersebut, mau tidak mau santri jadi lebih semangat dan saling berlomba memberikan yang terbaik. Karena jika tulisan mereka bagus dan layak, maka akan diterbitkan di web resmi attaqwa.id atau pun di halaman Facebook Pondok Pesantren At-Taqwa Depok. Itu adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi mereka jika tulisan mereka dimuat. Mungkin para pembaca bisa mengecek langsung tulisan-tulisan mereka di web atau FB Pondok Pesantren At-Taqwa Depok.

Tentunya masih banyak faktor-faktor lain yang menjadi pendorong dalam menghidupkan tradisi tulis menulis di pesantren At-Taqwa Depok. Namun dalam tulisan ini saya hanya mencukupkan menjadi tiga saja yang menurut saya menjadi faktor utama dan besar. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menambah semangat kita semua dan tentunya saya pribadi untuk lebih semangat lagi dalam menghidupkan tradisi menulis sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para ulama dan pendahulu kita.

Oiya, Saya juga ingin memberitahu bahwa bulan Desember ini, Pondok Pesantren At-Taqwa Depok sudah mulai membuka pendaftaran santri baru untuk tahun ajaran 2023-2024 M. Mungkin para pembaca atau sanak saudara berminat ingin belajar atau memasukkan sanak familinya di pondok ini, maka dengan senang hati pintu pendaftaran dibuka selebar-lebarnya. Semangat menghidupkan tradisi ilmu.:)

Depok, 1 Desember 2022

Komentar

Postingan Populer